Perdana Menteri Irak Nouri Al Maliki kagum dengan Panser Anoa buatan Pindad Indonesia. Karenanya, Al Maliki meminta Kementerian Pertahanan Irak untuk mendalami kerja sama militer antara Indonesia dan Irak.
Saat menerima Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Baghdad, Irak, Selasa (14/8), PM Irak sangat mendukung ide untuk meningkatkan kerjasama militer antara kedua negara.
Sjafrie menjelaskan bahwa Indonesia dan Irak bisa bekerja sama setidaknya di dalam dua bidang. Pertama, peningkatan capacity building melalui pertukaran perwira di antara kedua negara dan melalui penguatan kerja sama peralatan militer.
Wamenhan yang didampingi Dubes Irak Safzen Noerdin, Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen Puguh Santoso, serta Dirut PT Pindad Adik Sudarsono menjelaskan bahwa PT Pindad bukan hanya mampu membuat senjata, tetapi juga kendaraan lapis baja. Selain senjata laras panjang dan laras pendek, panser buatan Pindad telah diekspor ke banyak negara.
PM Irak yang menerima cendera mata berupa senjata laras panjang SS tampak antusias melihat senjata buatan Pindad tersebut. Ia kemudian meminta pejabat yang mendampinginya untuk menindaklanjuti kemungkinan kerja sama itu dengan berkunjung langsung ke Indonesia.
Saat kemudian melanjutkan kunjungan ke Kementerian Pertahanan Irak, Sjafrie memamerkan semua peralatan dan pendukung militer yang diproduksi Indonesia. Kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Irak, Jenderal Hafedz Saad, Wamenhan memperlihatkan mulai dari baju militer, topi baja, sepatu, makanan untuk tentara, hingga senjata laras panjang buatan Pindad.
Seperti halnya PM Irak, Hafedz tertarik dengan produk-produk buatan Indonesia. Ia memerintahkan beberapa direktur jenderal di Kemhan Irak untuk melakukan komunikasi dengan Dirut Pindad.
Sjafrie berharap kerjasama juga dilakukan di bidang personel militer. Wamenhan mengatakan pengalaman perang yang dijalani tentara Irak dan juga penanganan terorisme bisa menjadi bekal yang bermanfaat bagi tentara Indonesia.
“Saya kira kerjasama militer diantara Indonesia dan Irak baik untuk kita tingkatkan. Kami juga ingin belajar pada Indonesia yang banyak berhasil dalam menangani terorisme,” kata Hafedz.
Sjafrie juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Universitas Pertahanan untuk Studi Militer (DUFMS) yang dimiliki Irak. Wamenhan diterima langsung dan mendapat penjelasan dari Rektor DUFMS Letjen Jasim.
Uniknya, DUFMS di Irak adalah mereka menangani mulai dari akademi militer, sekolah staf komando, hingga lembaga ketahanan nasional. Bahkan sekarang ini DUFMS membuka akademi untuk prinsip-prinsip dan etika kemiliteran.
Be the first to comment