Benarkah Bani Israil adalah kaum yang dipilih oleh Allah SWT, yang banyak diberikan karunia melebihi kaum-kaum dan bangsa-bangsa lainnya di dunia?
Lalu mengapa Al-Qur’an banyak sekali berkisah mengenai Bani Israil? Mengapa Bani Israil adalah kaum terpilih yang diberikan kelebihan dibanding kaum lainnya? Mengapa Bani Israel yang selalu membangkang tidak diazab oleh Allah SWT? Lalu mengapa Bani Israil tidak mau mengimani Rasulullah SAW? Mengapa Bani Israil memegang peranan penting dalam perubahan zaman dunia?
Kisah Nabi Ibrahim, Bapak Para Nabi
Jika mau mengetahui Bani Israil serta kaitannya dengan Islam, maka kita harus memulainya dengan kisah Nabi Ibrahim AS, bapak para nabi. Ibrahim AS bukanlah bangsa Bani Israil, bukan pula bangsa Arab, melainkan bangsa Kanaan yang bersama keluarganya tinggal di Makkah. Ibrahim AS adalah nabi yang diutamakan oleh Allah SWT, karena dari beliau lah lahir keturunan-keturunan yang dimuliakan, yaitu nabi-nabi besar yang menyerukan kalimat-kalimat Allah SWT.
Nabi Ibrahim AS memiliki 2 anak, yaitu Ismail AS dan Ishak AS. Ismail AS adalah moyang atau leluhur dari kaum Arab (Bani Ismailiyyah), yang jika ditarik garis keturunannya, akan sampai pada Rasulullah SAW. Jadi Rasulullah SAW termasuk keturunan langsung dari Ismail AS dan Ibrahim AS.
Kisah Nabi Ishak AS dan Yaqub AS
Sementara itu, anak ke-2 Ibrahim AS, adalah Ishak AS. Ishak AS memiliki anak yang bernama Yaqub AS, yang juga memiliki nama lain Israil. Dari garis keturunan inilah lahir kaum Bani Israil, atau anak-anak Yaqub AS, atau keturunan-keturunan Yaqub AS.
Yaqub AS memiliki beberapa anak, di antaranya adalah Yusuf AS. Kisah Yusuf AS tidak bisa dilepaskan dari kisah Bani Israil, karena berawal dari kisah Yusuf AS inilah maka Bani Israil sempat mendiami Mesir dalam kurun waktu yang sangat panjang.
Kisah Nabi Yusuf AS dan Sebab Kedatangan Bangsa Bani Israil ke Mesir
Yusuf AS adalah salah seorang nabi, yang sejak kecil diberikan pengetahuan oleh Allah SWT lewat pengajaran dari Yaqub AS, agar dapat menafsirkan mimpi-mimpi. Al kisah, Yusuf AS kecil bermimpi yang lalu diceritakan kepada ayahnya. Sang ayah dapat menafsirkan mimpi tersebut sebagai petunjuk bahwa saudara-saudara Yusuf AS akan tunduk kepada Yusuf AS.
Nabi Yusuf AS Dijerumuskan Saudara-saudaranya.
Yusuf AS yang lebih disayang oleh Yaqub AS membuat iri hati saudara-saudara Yusuf AS yang lainnya. Mereka pun menyusun rencana untuk menjerumuskan dan mencelakai Yusuf AS.
Mereka lalu mengajak Yusuf AS untuk menggembalakan domba. Mereka meminta izin kepada ayahnya untuk mengajak serta Yusuf AS, namun ditolak karena sang ayah telah mencurigai niat buruk anak-anaknya terhadap Yusuf AS.
Namun saudara-saudara mereka bersikeras, sehingga Yusuf AS pun diperbolehkan untuk ikut bersama yang lainnya.
Akhirnya Yusuf AS benar-benar dicelakakan oleh saudara-saudaranya. Ia dibuang oleh saudara-saudaranya itu ke dalam sebuah sumur, lalu dipalsukan kematiannya. Ketika ayah mereka, yaitu Yaqub AS bertanya, mereka mengatakan bahwa Yusuf AS mati diterkam serigala. Yaqub AS dirundung duka mendalam, hingga mengalami kebutaan pada kedua matanya.
Dari sumur tersebut, ternyata Yusuf AS ditemukan oleh pengembara, lalu diambil dan dijual sebagai budak kepada salah satu pembesar Mesir. Yusuf AS dipelihara oleh pembesar tersebut hingga dewasa, yang kemudian mendapat fitnah dari seorang isteri pembesar mesir tersebut, yang sebenarnya justru tergoda oleh ketampanan Yusuf AS. Yusuf AS pun dikurung dalam penjara selama beberapa tahun.
Di dalam penjara, ternyata Yusuf AS tetap bersabar, hingga suatu hari 2 penghuni penjara yang lain bercerita mengenai mimpinya, yang ditafsirkan dengan sangat akurat oleh Yusuf AS.
Yusuf AS Menjadi Pejabat Kerajaan Mesir.
Kabar mengenai kemampuan Yusuf AS ini sampai pula di telinga raja mesir. Ketika sang raja bermimpi aneh, Yusuf AS diminta untuk menafsirkannya, yang ternyata tafsir mimpi tersebut benar-benar akurat. Berkat jasa Yusuf AS tersebut, akhirnya ia dibebaskan dari penjara, lalu dijadikan pejabat di lingkungan kerajaan Mesir.
Ketika Yusuf AS menjadi pejabat di Mesir, di tempat lain, tepatnya di daerah nabi Yaqub AS sedang ditimpa bencana kekurangan pangan. Yaqub AS pun mengutus anak-anaknya untuk meminta bantuan pangan ke kerajaan Mesir. Ketika mereka tiba di Mesir, Yusuf AS bertemu dengan mereka. Ia masih mengenali mereka, namun mereka tidak mengenali Yusuf AS.
Yusuf AS pun memberikan bantuan pangan, namun sembari mengatur siasat agar mereka bisa mendatangkan Bunyamin ke Mesir. Bunyamin adalah salah satu saudara mereka, adik kesayangan Yusuf AS.
Cerita berlanjut, hingga akhirnya Bunyamin didatangkan ke Mesir, dan Yusuf AS menceritakan kepadanya bahwa mereka sebenarnya adalah bersaudara. Dikisahkan pula bahwa Yusuf AS menitipkan bajunya kepada saudaranya untuk diusapkan di wajah ayahnya agar sang ayah sembuh dari kebutaan. Sang ayah pun, atas izin Allah SWT sembuh dan bisa kembali bertemu dengan Yusuf AS.
Dari kisah Yusuf AS inilah, kaum Bani Israil atau anak-anak Israil mulai berdatangan ke Mesir, berdiam dan menempati wilayah Mesir secara turun temurun, diperbudak, sampai diutus nabi Musa AS untuk membebaskan mereka dari cengkeraman Firaun.
Kisah Nabi Musa AS dan Pembebasan Bani Israil.
Dari kisah Nabi Yusuf AS tadi, maka Bani Israil pun mulai menempati Mesir sebagai tempat tinggal. Mereka beranak-pinak di sana, dan menjadi sebuah komunitas yang sangat besar. Bani Israil adalah kaum yang diberikan kelebihan dibanding kaum lainnya di muka bumi, yaitu berupa pengetahuan dan kecerdasan, serta kemampuan berpikir lebih maju dibandingkan kaum-kaum lainnya. Nah, kecerdasan mereka inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Firaun (gelar raja Mesir) untuk mulai membangun monumen-monumen kemegahannya. Bani Israil pun diperbudak. Kerja paksa.
Dengan komunitas yang besar dan kecerdasan yang melampaui umat lainnya, Bani Israil mampu membangun piramida-piramida, sebagai bangunan monumental bagi raja-raja Mesir. Piramida yang mereka bangun termasuk Piramida Giza, yang luar biasa besarnya, mampu bertahan berabad-abad, tahan pada perubahan iklim dan cuaca, yang hingga kini masih kokoh dan terus dikagumi oleh semua manusia.
Tapi tidak hanya perbudakan dan kerja paksa yang diterapkan oleh Firaun kepada Bani Israil saat itu. Firaun juga berlaku kejam dengan membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil, karena adanya ramalan bahwa akan lahir bayi laki-laki dari Bani Israil yang akan meruntuhkan kekuasaan Firaun.
Perbudakan dan kesewenangan Firaun terhadap Bani Israil itulah yang menyebabkan Allah SWT mengutus Musa AS, seorang dari Bani Israil yang sejak bayi diselamatkan oleh Allah SWT, dan diberikan hikmah (Taurat) dan keutamaan (mukjizat), dengan tugas utamanya adalah EKSODUS, yaitu pelarian besar-besaran untuk membebaskan Bani Israil dari kekejaman Firaun.
Dari kisah Musa AS inilah, kita akan mengetahui bagaimana Bani Israil merupakan kaum yang diutamakan, namun selalu membangkang terhadap perintah Allah SWT dan perintah nabi-nabinya.
Sebelum Nabi Musa AS membebaskan Bani Israil, ia memulainya dengan meminta secara baik-baik kepada Firaun agar Bani Israil dibebaskan, sekaligus mengajak Firaun untuk beriman kepada Allah SWT. Dibantu oleh saudaranya Harus AS, Musa AS yang sejak kecil memang hidup di lingkungan kerajaan, dapat dengan mudah untuk berdiskusi dengan Firaun saat itu. Namun permintaannya selalu ditolak mentah-mentah oleh Firaun. Firaun tetap berlaku sombong, dan menolak beriman kepada Allah SWT, dan justru menganggap dirinya Tuhan, karena dialah yang berhak menentukan hidup dan matinya seseorang.
Melalui tongkatnya dan berbagai mukjizat, Musa AS dengan izin Allah SWT menunjukkan bukti-bukti kepada Firaun dan Bani Israil, bahwa ia adalah utusan Allah SWT, namun Firaun bersikeras untuk menolak dakwah Musa.
Dakwah Musa AS terhadap Firaun yang menemui jalan buntu, serta kekejaman yang tidak berhenti, menyebabkan Musa AS akhirnya menyusun rencana pelarian besar-besaran bangsa Bani Israil dari Mesir. Pelarian yang diketahui oleh Firaun dan tentara-tentaranya, yang akhirnya mengejar hingga sampailah Musa AS dan Bani Israil di sebuah pantai di tepi Laut Merah.
Bani Israil mulai terpojok, namun rahmat Allah SWT kepada Bani Israil tidak pernah berhenti. Atas izin Allah SWT melalui pukulan tongkat Musa AS, Laut Merah terbelah sehingga Bani Israil bisa melaluinya. Firaun dan tentara-tentaranya yang datang terlambat, ikut menyeberangi Laut Merah. Di sanalah azab Allah SWT terhadap Firaun dan tentaranya datang. Laut Merah kembali menutup, dan menenggelamkan Firaun beserta para tentaranya. Allah SWT hanya menyelamatkan jasad Firaun, yang terdampar di pantai, menjadikannya awet sampai sekarang dan hingga akhir zaman, agar menjadikannya pelajaran bagi umat-umat berikutnya.
Bani Israil yang Terus Membangkang.
Firaun telah diazab oleh Allah SWT, dan Bani Israil telah diselamatkan oleh Musa AS atas izin Allah SWT. Sesampainya di seberang Laut Merah, belum lagi kering kaki mereka, mereka mulai menunjukkan pembangkangan terhadap perintah Allah SWT dan perintah Musa AS.
Pembangkangan apa yang mereka lakukan? Mereka meminta Musa AS membuatkan mereka patung berhala anak sapi agar bisa mereka sembah, seperti halnya bangsa Samiri (bangsa di seberang Laut Merah) menyembah patung anak sapi, yang tentu saja ditolak oleh Musa AS.
Pembangkangan berikutnya, ketika Musa AS meninggalkan kaumnya untuk sejenak bermunajat, memohon petunjuk Allah SWT. Musa AS menitipkan tanggungjawab kepada Harun AS untuk mengurus Bani Israil. Namun hanya dalam jangka waktu 40 hari, sekembalinya Musa AS kepada kaumnya, Bani Israil telah kembali berlaku syirik. Mereka telah kembali menyembah patung-patung anak sapi yang mereka buat. Betapa marahnya Musa AS mengetahui hal ini, hingga batu tulis yang dibawanya dari hasil bermunajat kepada Allah SWT hancur berkeping-keping. Batu tulis tersebut berisi Taurat dalam wujud aslinya.
Pembangangan Bani Israil selanjutnya adalah ketika Musa AS mengajak Bani Israil untuk berangkat menuju ‘tanah yang dijanjikan’ Allah SWT kepada mereka, yaitu kota Jerusalem (sekarang Palesetina dan menjadi rebutan antara Palestina dan Israel). Kota ini kelak menjadi tempat suci, rumah bagi 3 agama besar di dunia: Yahudi, Nasrani, dan Islam. Musa AS memerintahkan mereka untuk menuju ke tanah tersebut secara terang-terangan, karena Allah SWT telah menjanjikan kemenangan bagi mereka. Namun, mereka menolak dan malah meminta agar Musa AS dan Allah SWT saja yang berangkat ke kota tersebut, karena mereka takut terhadap raja kejam yang sedang berkuasa di Jerusalem.
Atas pembangkangan tersebut, kemarahan Musa AS tidak lagi terbendung. Allah SWT pun akhirnya memberikan ketetapan, bahwa selama 40 tahun tanah tersebut haram bagi Bani Israil. Selama 40 tahun mereka akan tersesat dan berputar-putar di gurun, perjalanan mereka tak akan membuat mereka sampai ke tanah yang dijanjikan tersebut, sampai masa waktu yang ditentukan tadi usai. Itu adalah sebagai hukuman atas pembangkangan mereka terhadap Allah SWT dan Rasulnya (Musa AS).
Atas ketetapan tersebut, selama 40 tahun Bani Israil selalu berjalanberputar-putar di gurun tanpa pernah sampai di tanah yang dijanjikan. Sampai akhir hayatnya, Musa AS pun tidak pernah sampai di tanah yang dijanjikan tersebut.
Bani Israil di Jerusalem.
Bani Israil mencapai Jerusalem setelah masa hukuman dari Allah SWT telah habis. Di tempat itu mereka kembali membentuk koloni-koloni baru, dan mulai menguasai Jerusalem. Nabi-nabi pun tidak putus diutus untuk Bani Israil. Selain Yaqub AS, Yusuf AS, dan Musa AS, nabi-nabi lainnya juga diutus pada Bani Israil, seperti Nabi Harun AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS, Nabi Yunus AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS, hingga Nabi Isa AS. Total sejak Nabi Yaqub AS, ada 12 nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada Bani Israil, dan semua wajib kita imani sebagai seorang Muslim. Semua nabi-nabi tersebut diutus dengan tugas utamanya adalah mendakwahkan tauhid (keesaan Allah SWT).
Nabi-nabi di kalangan Bani Israil juga bukan sembarang nabi. Beberapa dari mereka diberikan keutamaan dan mukjizat luar biasa, yang bahkan telah mereka saksikan sendiri. Nabi Musa AS diberikan tongkat dan beberapa mukjizat lainnya, yang disaksikan dan dirasakan langsung oleh Bani Israil, seperti tongkat yang menjadi ular, pembelahan laut merah di depan mata mereka hingga mereka bisa diselamatkan. Juga gunung sinai yang diangkat di atas kepala mereka karena keangkuhan mereka yang ingin melihat Allah SWT dengan mata kepala mereka sendiri. Pada Nabi Musa AS juga diturunkan kitab Taurat sebagai petunjuk bagi Bani Israil.
Nabi Daud AS adalah seseorang bertubuh kecil, namun memiliki kemampuan mengalahkan Jalut yang lebih besar dan kuat. Daud AS juga diberikan pengetahuan dalam pengetahuan perang serta pembuatan baju zirah (baju perang). Nabi Daud AS adalah raja di kalangan Bani Israil, dan kepadanya diturunkan kitab Zabur.
Sementara, Nabi Sulaiman AS adalah nabi dari Bani Israil yang diberikan kemampuan berbicara kepada burung, binatang, hingga bangsa jin. Semua berada dalam kekuasaan dan perintahnya. Nabi Sulaiman AS adalah anak dari Nabi Daud AS.
Hingga diutus pula Nabi Isa AS, yang datang dengan berbagai mukjizat besar yang terjadi atas izin Allah SWT. Nabi Isa AS atas izin Allah SWT lahir tanpa peran biologis seorang ayah. Isa AS atas izin Allah SWT mampu berbicara sejak lahir, dan mampu membuat burung hidup dari tanah liat. Ia juga mampu menghidupkan orang mati atas izin Allah SWT. Kepadanya diturunkan Injil, sebagai pedoman baginya, dan bagi Bani Israil.
Selain itu, Bani Israil ketika masih berputar-putar di padang pasir juga tetap diberikan rahmat oleh Allah SWT berupa makanan-makanan dari surga, yang tak pernah terputus, yaitu Manna dan Salwa. Tapi mereka malah meminta kepada Musa AS makanan yang lain lagi.
Mengapa Bani Israil Tidak Mengimani Rasulullah Muhammad SAW?
Berita tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW sudah dijanjikan pada semua nabi-nabi terdahulu sebelum Rasulullah SAW, yang berarti pula termasuk pada nabi-nabi yang diutus pada Bani Israil. Nabi-nabi tersebut pun diperintahkan untuk mengimani Rasulullah SAW. (Baca Surah Ali Imran ayat 81-83).
Tanda-tanda kenabian Rasulullah SAW juga sudah diketahui oleh Bani Israil sejak lama, terutama para rabi-rabi mereka. Namun, mengapa mereka tidak beriman kepada Rasulullah SAW?
Ternyata, jawabannya bisa dijelaskan dengan logika sederhana: jika Musa AS saja yang dari golongan Bani Israil, yang diberikan kitab, yang juga diberikan mukjizat yang mereka saksikan sendiri, masih mereka bantah, apalagi Muhammad SAW yang bukan dari golongan mereka?
Mengapa Bani Israil Tidak Diazab?
Begitu banyaknya nabi yang diturunkan pada Bani Israil, begitu banyak pula mukjizat yang bahkan mereka saksikan sendiri dengan mata kepala mereka, tapi mereka tetap membangkang perinta Allah SWT. Mereka memang benar-benar kaum yang ingkar dan keras kepala, tapi Allah SWT tidak mengazab mereka.
Bandingkan dengan kaum lainnya, semisal kaum nabi Luth AS (bangsa Sodom dan Gomorrah) yang diazab oleh Allah SWT akibat dosa-dosanya, terutama karena kekejian homoseksual yang mereka lakukan. Juga kaum nabi Saleh AS (bangsa Tsamud) yang diazab akibat pembangkangannya terhadap perintah rasulnya: jangan membunuh unta mukjizat yang dititipkan Saleh AS kepada mereka. Juga kaum Madyan yang dibinasakan Allah SWT akibat dosa mereka yang suka menipu dan curang dalam perdagangan, serta mengingkari dakwah nabi Syu’aib AS. Atau juga kepada kaum Hud AS (kaum ‘Ad), kaum Nuh AS, dan kaum dari nabi-nabi terdahulu, yang diazab dan dibinasakan oleh Allah SWT. Kaum-kaum tersebut diazab dengan kebinasaan di dunia dan akhirat, akibat pembangkangan mereka atas perintah Allah SWT dan rasul yang diutus kepada mereka. Tapi mengapa azab yang sama tidak berlaku pada Bani Israil?
Selain pembangkanan yang mereka lakukan, Bani Israil juga memiliki dosa-dosa besar lainnya, termasuk dosa membunuh nabi-nabi, termasuk nabi Isa AS. Muslim memang mengimani bahwa Isa AS tidak mati dibunuh, melainkan diserupakan dirinya, dan ia diangkat dan diselamatkan oleh Allah SWT. Namun yang perlu dicatat adalah bahwa Bani Israil telah melakukan siasat untuk membunuh Isa AS, dan telah menjalankan siasat tersebut. Mereka pun meyakini dan bangga telah melakukannya.
Lalu, dengan dosa-dosa seperti itu, mengapa Bani Israil tidak diazab seperti halnya kaum-kaum terdahulu? Memang, di Al-Qur’an disebutkan beberapa orang dari kaum Bani Israil diazab dengan kutukan menjadi kera dan babi, akibat dosa-dosa mereka, namun bukan azab demikian yang dimaksud dalam tulisan ini. Azab yang dimaksud adalah azab berupa pemusnahan massal terhadap kaum yang berdosa, seperti halnya kaum-kaum sebelumnya. Bukankan pembangkangan Bani Israil lebih besar, sementara rahmat Allah SWT yang ia terima juga jauh lebih besar?
Jawabannya mungkin akan kita temukan di akhir zaman, ketika dunia ini sudah benar-benar siap untuk menerima kedatangan ke-2 dari Isa AS. Kesiapan itu mungkin tidak lepas dari peran bangsa Bani Israil (Yahudi), yang diberikan kecerdasan dan pemikiran yang lebih maju dibanding bangsa-bangsa lain di dunia.
Bukankah kita sudah mulai bisa melihat peran mereka sekarang?
Wallahu A’lam Bishawab.
Rujukan Bacaan:
Al-Qur’an:
Semua kisah di atas bisa Anda dapatkan langsung di Al-Qur’an, yang berulang-ulang dalam banyak surah dan banyak ayat, bercerita mengenai kisah nabi-nabi terdahulu, serta mengenai kisah Bani Israil. Surah dalam Al-Qur’an itu antara lain:
- Surah Al-Baqarah: 50
- Surah Ali Imran: 81-83
- Surah Yusuf
- Surah Al-Qaaf: 14
- Surah Al-Hajj: 44
- Surah At-Taubah: 70
- Surah Asy-Syu’ara 160-168
- Surah Al Hijr 73-76, dan masih banyak lagi. Semua bisa Anda baca di Al-Qur’an.
Mohon dikoreksi apabila terdapat kesalahan kisah pada tulisan ini. Tuliskan tanggapan Anda melalui kolom komentar. Semoga kita menjadi orang-orang yang memperoleh hikmah dari kisah orang-orang terdahulu.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
sumber: pamankecil.com
Be the first to comment